BAB II KETENTUAN JUAL BELI. juga antara barang dan barang (barter). Kata انج ع berarti jual dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KETENTUAN JUAL BELI. juga antara barang dan barang (barter). Kata انج ع berarti jual dalam"

Transkripsi

1 BAB II KETENTUAN JUAL BELI A. Pengertian Jual Beli Jual beli sebagai bentuk pertukaran antara barang dan uang dapat juga antara barang dan barang (barter). Kata انج ع berarti jual dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya yaitu kata merupakan bentuk انج ع berarti beli. 23 Jual beli berasal dari kata انش ساء masdar ثبع ج ع ث عب yang berarti menjual. 24 Adapun definisi lain jual beli yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli berarti persetujuan saling mengikat antara penjual yakni pihak yang menyerahkan barang dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual. 25 Jual beli menurut istilah yang disebutkan oleh Syaikh al-qalyubi, sebagaimana dikutip oleh Azzam bahwa, Akad saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada kepemilikan terhadap satu benda atau manfaat untuk tempo waktu selamanya dan bukan untuk bertaqarrub kepada Allah M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hlm Adib Bisri dan Munawir, Al Bisri Kamus Arab Indonesia Indonesia Arab, Surabaya: Pustaka Progresif, 1999, hlm Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hlm Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010, hlm

2 20 Menurut Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah bahwa, Jual beli adalah pertukaran harta tertentu dengan harta lain berdasarkan keridhaan antara keduanya. Atau, dengan pengertian lain, memindahkan hak milik dengan hak milik lain berdasarkan persetujuan dan hitungan materi. 27 Menurut ulama Hanafiyah sebagaimana dikutip oleh Wardi Muslich menyatakan bahwa jual beli dalam arti khusus yaitu menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan uang atau semacamnya dengan cara yang khusus. Sedangkan arti secara umum yaitu tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang. 28 Menurut ulama Malikiyah, seperti halnya Hanafiyah sebagaimana dikutip oleh Wardi Muslich menyatakan bahwa jual beli mempunyai arti umum dan khusus. Jual beli dalam arti umum yaitu sebagai akad mu awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan. Sedangkan dalam arti khusus berarti akad mu awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan, bersifat mengalahkan salah satu imbalannya bukan emas dan bukan perak, objeknya jelas dan bukan utang. Menurut ulama Syafi iyah mendefinisikan jual beli ialah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan 27 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 4, Terj. Nor Hasanuddin, Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006, hlm Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010, hlm. 175.

3 21 nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya. 29 Dikutip dalam buku Wardi Muslich Fiqh Muamalat, menurut ulama Hanabilah mendefinisikan jual beli yaitu tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang. 30 beli adalah Menurut Ibn Qudamah, dikutip oleh Ghazaly mendefinisikan jual ي ج بد ن خ ان بل ث ب ن بل ت ه ك ب وو ت ه ك ب Saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan. 31 Menurut Imam An-Nawawi, dikutip oleh Ali Hasan mendefinisikan jual beli adalah ي ق ب ث ه خ ي بل ي بل ت ه ك ب Saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik. 32 Dari beberapa definisi jual beli diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli secara lughawi merupakan suatu bentuk pertukaran. Sedangkan secara istilah merupakan proses dimana seorang penjual menyerahkan barangnya kepada pembeli setelah mendapatkan kesepakatan mengenai barang yang 29 Ibid, hlm Ibid, hlm Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana, 2010, hlm M. Ali Hasan, Berbagai Macam, hlm. 114.

4 22 akan diperjualbelikan tersebut dan adanya nilai tukar atas barang yang dibeli dengan kesesuaian memperhatikan ketentuan syara. Ketentuan syara dalam lingkup ini dimaksudkan bahwa setiap hal yang dilakukan itu sesuai dengan persyaratan-persyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli. Oleh karena itu, apabila syarat-syarat dan rukunnya ada yang tidak terpenuhi, maka jual beli tersebut tidak sesuai dengan syara. 33 Dengan demikian ketika transaksi jual beli berlangsung, ada dua belah pihak yakni penjual dan pembeli dengan hak dan kewajiban masingmasing, adanya sebuah kesepakatan mengenai barang dan juga nilai tukar atas barang yang diperjualbelikan dengan dasar sama-sama rela antara pihak penjual dan pembeli artinya tidak ada unsur pemaksaan ataupun keterpaksaan pada saat keduanya melakukan transaksi. B. Dasar Hukum Jual Beli Jual beli sebagai salah satu bagian dari mu ammalah telah diatur didalam al-qur an dan Hadits, selain itu juga ada ijma para ulama. Adapun dasar hukum mengenai jual beli sebagai berikut : 1. Al-Qur an Firman Allah swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 : 33 Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Teras, 2011, hlm. 52.

5 23 Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 34 Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa Allah membolehkan adanya jual beli dan mengharamkan adanya riba. Islam memberikan ketentuan jual beli tentunya yang tidak mengandung unsur riba didalamnya, karena jual beli yang mengandung riba berarti jual belinya menjadi batal. 34 Departemen Agama RI, Al-Qur an Dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil, 2005, hlm. 47.

6 24 Firman Allah swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 282 : Artinya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli 35 Firman Allah swt dalam QS. An-Nisa ayat 29 : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 36 Ayat tersebut menjelaskan bahwa adanya larangan memakan harta orang lain dengan batil karena tidak mengantarkan masyarakat kepada kesuksesan bahkan mengantarnya kepada kebejatan dan kehancuran, seperti praktik-praktik riba, perjudian, jual beli yang mengandung penipuan, dan lain-lain. Adanya istilah batil dalam ayat tersebut menekankan bahwa keharusan untuk mengindahkan peraturanperaturan yang ditetapkan sebagai ketentuan agama, selain itu ada keharusan kerelaan kedua belah pihak Ibid, hlm Ibid, hlm M. Quraish Shihab, Tafsir al-misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-qur an, Ciputat: Lentera Hati, 2000, hlm. 393.

7 25 2. Hadits Dari Rif ah Ibn Rafi : 3. Ijma ع ن ر ف ب ع ت ب ن ر اف ع أ ن ان ن ب ص ه ى اهلل ع ه ه و س ه م س ئ م أ ي ان ك س ب أ ط ب ق بل : ع م م ان ر ج م ب د ه و ك م ب ع م ب ر و ر. Artinya: Dari Rifa ah Ibnu Rafi bahwa Nabi ditanya usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur. (Diriwayatkan oleh al-bazzar dan dishahihkan oleh al- Hakim). 38 Dari Ibnu Umar : ع اث ع س ق بل : ق بل ز س ى ل انه ه ع ه ه و س ه ى : ا ن ت بج س انص د و ق ا أل ي ان س ه ى ي ع انش ه د ا ء ى و ان ق ب ي خ )زواه إث يجبه( Artinya:Dari Ibnu Umar ia berkata: Rasulullah bersabda: Pedagang yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim, beserta para syuhada pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah). 39 Dalil kebolehan jual beli menurut Ijma ulama yaitu ulama telah sepakat bahwa jual beli iku hukumya boleh dan terdapat hukmah didalamnya. Manusia bergantung pada barang yang ada di orang lain dan tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya sendiri sehingga untuk mendapatkannya perlu timbal balik diantara keduanya dengan sesuatu 38 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-asqalani,terjemah Lengkap Bulughul Maram, terj. Abdul Rosyid Siddiq, Jakarta: Akbar, 2007, hlm Hafidz Abi Abdullah Muhammad ibn Yazid al-qazwini, Sunan Ibnu Majah Jiid 2, Darul Fikri, H, hlm. 724.

8 26 sebagai nilai tukar barang. Jual beli sendiri boleh dilakukan selama tidak ada dalil yang melarangnya. 40 Sebagaimana dijelaskan pada kaidah hukum berikut ini : ا أل ص م ف ان ع ب ي ه خ اإلث بح خ إالأ د ل د ن م عه ت ح س ه ب Artinya: Hukum asal dalam muamalah adalah kebolehan sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya. 41 Selain kaidah hukum tersebut juga ada kaidah lain yang digunakan untuk hal-hal baru yang sudah menjadi sebuah kebiasaan/tradisi di masyarakat karena membawa sisi maslahatnya. Sebagaimana dijelaskan pada kaidah hukum berikut ini : انع بد ة م ح ك م ت Artinya: Adat Kebiasaan dapat dijadikan (pertimbangan) hukum. 42 Menurut Abdul Wahab Khalaf dalam kitab Ilmu Ushul Fiqh membagi Urf menjadi dua macam yakni Urf yang shahih dan Urf yang fasid, berikut penjelasannya : Urf yang shahih ialah sesuatu yang saling dikenal oleh manusia, serta tidak bertentangan dengan dalil syara tidak menghalalkan sesuatu yang diharamkan dan tidak membatalkan sesuatu yang wajib. Urf yang fasid adalah sesuatu yang menjadi tradisi manusia, akan tetapi tradisi tersebut 40 Wahbah Az-Zhuaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5, Jakarta: Gema Insani, 2011, hlm H.A.Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana, 2011, hlm Ibid, hlm. 78.

9 27 bertentangan dengan syara atau menghalalkan sesuatu yang diharamkan dan membatalkan sesuatu yang wajib. 43 C. Rukun dan Syarat Jual Beli Jual beli dalam Islam mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara. Terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama mengenai rukun jual beli. Menurut mazhab Hanafi rukun jual beli hanyalah ijab dan qabul saja. Karena yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Unsur kerelaan merupakan unsur yang sulit untuk diindra karena berkaitan dengan hati, maka perlu diindikasikan pada hal yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak. Indikasi ini ditunjukkan oleh kedua belah pihak dalam ijab dan qabul saat transaksi ataupun pada saat memberikan barang dan harga barang. Unsur kerelaan menjadi prinsip utama dalam bermuamalah, jual beli merupakan bagian dari muamalah sehingga secara prinsipnya pasti memiliki sisi kerelaan atau ridho. Adapun beberapa prinsip lain dalam bermuamalah yang berkaitan dengan jual beli juga, antara lain : adanya kemanfaatan yang berakibat pada kemaslahatan umat dan menolak 43 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 1994, hlm. 123.

10 28 madharat, adanya kejujuran atau keterbukaan dalam transaksinya, terhindar dari bentuk pemalsuan, penipuan,dan penimbunan. 44 Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada empat, yaitu: 1. Ada orang yang berakad atau al-muta aqidain (penjual dan pembeli). 2. Ada shighat (lafal ijab dan kabul) 3. Ada barang dibeli 4. Ada nilai tukar pengganti barang. 45 Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan oleh jumhur ulama diatas, sebagai berikut : a. Syarat-syarat orang yang berakad Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah. Jumhur ulama berpendapat bahwa orang yang melakukan jual beli itu harus sudah baligh dan berakal. Apabila orang yang melakukan akad jual beli belum mumayiz, maka jual belinya tidak sah. Dalam kutipan buku Pengantar Fiqh Muamalah, Dimyauddin Djuwaini menyebutkan bahwa Madzhab Hanafiyah, tidak mempersyaratkan baligh, anak kecil yang telah tamyiz dan berumur 7 tahun diperbolehkan melakukan dengan kondisi sebagai berikut, yaitu : a. Transaksi yang dapat memberikan manfaat murni Transaksi ini sah dilakukan anak kecil yang berakal tanpa adanya izin atau persetujuan dari wali, karena transaksi ini menimbulkan manfaat yang sempurna bagi anak tersebut. Misalnya mencari kayu bakar, menerima hibah (pemberian), hadiah, sedekah, dan wasiat. b. Transaksi yang dapat menimbulkan bahaya murni 44 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Press, 2010, hlm M. Ali Hasan, Berbagai Macam, hlm. 118.

11 29 Transaksi ini tidak sah dilakukan anak kecil, walaupun mendapatkan persetujuan dari wali, wali tidak boleh memberikan izin karena terdapat bahaya didalamnya. Misalnya, memberikan hadiah, sedekah, meminjamkan uang dan lainnya. c. Transaksi yang mengandung manfaat dan bahaya Transaksi ini boleh dilakukan anak kecil yang tamyiz, dengan catatan mendapatkan persetujuan dari wali. Misalnya, jual beli, sewa, musyarakah, muzara ah, dan mudharabah. 46 2) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya, seorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual dan sekaligus pembeli. 47 b. Syarat-syarat ijab dan qabul Para ulama fiqh mengemukakan syarat yang berkaitan dengan ijab dan qabul adalah sebagai berikut : 1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal. 2) Pernyataan qabul sesuai dengan pernyataan ijab. Misalnya, penjual mengatakan, saya jual buku ini seharga Rp , maka pembeli menjawab, saya beli buku ini seharga Rp apabila antara ijab dan qabul tidak sesuai maka jual beli tersebut tidak sah. 3) Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majlis, artinya kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. 48 Perwujudan ijab dan qabul pada era sekarang tidak lagi diucapkan, tetapi dilakukan dengan sikap mengambil barang dan kemudian membayar. Seperti halnya berbelanja di swalayan. Kesesuaian antara ijab dan qabul tidak tergambar secara langsung, dan tidak adanya proses tawar menawar karena sudah ada harga yang tertera jelas. 46 Dimyauddin Djuwaini, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm M. Ali Hasan, Berbagai Macam, hlm Ibid, hlm. 120

12 30 Ijab dan qabul menjadi akad yang berarti sebuah kesepakatan dalam jual beli. Akad dalam lingkup fiqh muamalah terbagi menjadi beberapa jenisnya, seperti akad yang dilihat dari sisi waktunya. Akad ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 1) Aqad Munjiz yaitu akad yang dilaksanakan langsung pada waktu selesainya akad. 2) Aqad Mu alaq, yaitu akad yang dalam pelaksanaanya terdapat syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad, misalnya penentuan penyerahan barang-barang yang diakadkan setelah adanya pembayaran. 3) Aqad Mudhaf, yaitu akad yang dalam pelaksanaanya terdapat syaratsyarat mengenai penganggulangan pelaksanaan akad, pernyataan yang pelaksaannya ditangguhkan hingga waktu yang ditentukan. Perkataan ini sah dilakukan pada waktu akad, tetapi belum mempunyai akibat hukum sebelum tibanya waktu yang telah ditentukan. 49 c. Syarat-syarat barang yang diperjualbelikan Syarat-syarat yang berkaitan dengan barang yang diperjualbelikan adalah sebagai berikut : 1) Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu. Namun 49 Hendi Suhendi, Fiqh, hlm

13 31 yang terpenting adalah pada saat diperlukan barang itu sudah ada, dapat dihadirkan pada tempat yang telah disepakati bersama. 2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itu, bangkai, khamr, dan darah tidak menjadi objek jual beli, karena dalam pandangan syara benda-benda seperti itu tidak bermanfaat bagi orang muslim. 3) Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki seseorang maka tidak boleh diperjualbelikan, seperti memperjualbelikan ikan di laut atau emas dalam tanah, karena ikan dan emas ini belum dimiliki oleh penjual. 4) Boleh diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung. 50 Indikator barang yang diperjualbelikan memiliki kemanfaatan sangat ditekankan dalam jual beli. Kemanfaatan akan membawa pada sebuah kebaikan, dalam hal ini sering dikaitkan pada sisi kemaslahatan karena berakibat kebaikan untuk umat. Islam memiliki kajian almashlahah al-mursalah, menurut ulama ushul yaitu kemaslahatan yang oleh syara tidak dibuatkan hukum untuk mewujudkannya, tidak ada dalil syara yang menunjukkan dianggap atau tidaknya kemaslahatan itu. 51 Al-mashlahah al-mursalah merupakan salah satu metode penetapan suatu hukum Islam bahwa dalam penetapan suatu hukum itu tidak lain bertujuan untuk menerapkan kemaslahatan umat manusia yakni menarik suatu manfaat, menolak bahaya atau menghilangkan 50 M. Ali Hasan, Berbagai Macam, hlm Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, Jakarta: Pustaka Amani, 2003, hlm. 110.

14 32 kesulitan umat manusia. 52 Metode penetapan hukum lainnya juga bertujuan untuk menarik manfaat pada hal-hal baru yang terjadi seiring perkembangan zaman saat ini setelah tidak adanya wahyu dan tidak dijelaskan dalam nash. d. Syarat-syarat nilai tukar barang Syarat-syarat yang berkaitan dengan nilai tukar atau harga barang adalah sebagai berikut : 1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya. 2) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun sah secara hukum melakukan pembayaran dengan cek dan kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar kemudian (berutang) maka waktu pembayarannya harus jelas. 3) Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang (al-muqayyadah) maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara, seperti babi dan khamr, karena kedua jenis benda tersebut tidak bernilai menurut syara. 53 Dalam transaksi jual beli selain syarat mengenai rukun-rukunnya adapun syarat lain yaitu syarat sahnya jual beli, syarat terkait dengan pelaksanaan jual beli dan syarat terkait dengan kekuatan akad jual beli. Adanya syarat-syarat tersebut bertujuan untuk menghindari dari sengketa diantara kedua belah pihak. Berikut penjelasan mengenai syarat tersebut : a. Syarat sah jual beli Para ulama fiqh mengemukakan, bahwa suatu jual beli dianggap sah apabila terpenuhi dua hal berikut : 52 Ibid. 53 Ibid, hlm

15 33 1) Jual beli itu terhindar dari cacat seperti barang yang diperjualbelikan tidak jelas, baik jenis, kualitas maupun kuantitasnya. Begitu juga harga tidak jelas, jual beli itu mengandung unsur paksaan, penipuan, dan syarat-syarat lain yang mengakibatkan jual beli rusak. 2) Apabila barang yang diperjualbelikan itu benda bergerak, maka barang itu langsung dikuasai pembeli dan harga dikuasai penjual. Sedangkan barang yang tidak bergerak, dapat dikuasai pembeli setelah selesai surat menyuratnya diselesaikan sesuai dengan kebiasaan setempat. 54 Selain itu dua hal tersebut ada juga syarat khusus dalam jual beli yaitu syarat-syarat yang menyangkut sebagian jenis jual beli saja, seperti jenis jual beli salam, jual beli sharf, murabahah, jual beli barang-barang ribawi, jual beli barang yang berbentuk piutang. Jual beli tersebut memiliki syarat khusus agar dapat dikatakan sah dalam transaksinya. 55 Adapun beberapa syarat khusus yang diperuntukkan untuk akadakad tertentu tersebut, yaitu : 1) Sempurnanya syarat-syarat dalam akad salam. 2) Serah terima kedua komoditas sebelum berpisah dalam konteks jual beli valas (sharf). 3) Adanya persamaan dalam transaksi barang ribawi dan terbebas dari syubhat riba. 4) Mengetahui harga pokok pembelian. 56 b. Syarat-syarat terkait dengan pelaksanaan jual beli Jual beli dapat dilaksanakan apabila pihak yang berakad tersebut mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. Misalnya, barang itu milik sendiri dan barang tersebut dapat diserahkan. Kemudian akad jual 54 Ibid, hlm Wahbah Az-Zhuaili, Fiqh Islam, hlm Dimyauddin Djuwaini, Fiqh Muamalah,, hlm. 81

16 34 beli tidak dapat dilaksanakan apabila orang yang melakukan akad itu tidak memiliki kekuasaan secara langsung untuk melakukan akad. Misalnya, adanya orang lain yang bertindak sebagai wakil dalam jual beli. Dalam hal ini, wakil tersebut harus mendapat persetujuan dari orang yang diwakilinya. 57 c. Syarat-syarat terkait dengan kekuatan akad jual beli Para ulama fiqh sepakat menyatakan, bahwa jual beli bersifat mengikat apabila jual beli itu terbebas dari berbagai macam khiyar. Khiyar adalah hak transaksi yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk meneruskan atau membatalkan transaksi. Apabila jual beli itu masih mempunyai hak khiyar, maka jual beli itu belum mengikat dan masih bisa dibatalkan. Hak khiyar dibagi menjadi tujuh yaitu sebagai berikut : 1) khiyar syarth Merupakan hak untuk meneruskan atau membatalkan transaksi karena salah seorang dari pelaku transaksi atau keduanya untuk membatalkan transaksi sampai waktu yang tertentu. 2) khiyar naqd Merupakan syarat yang diberikan oleh penjual jika pembeli menyerahkan harga pada waktu tertentu maka jual beli telah berlaku. 3) khiyar aib Merupakan hak yang dimiliki dan disepakati kedua pelaku transaksi jika ada cacat pada barang maka salah satunya bisa meneruskan atau membatalkan transaksi. 4) khiyar ru yah Merupakan hak untuk meneruskan atau membatalkan jual beli ketika selesai melihat barang. 57 Ibid, hlm. 125.

17 35 5) khiyar ta yiin Merupakan hak yang dimiliki pembeli untuk menentukan salah satu dari kedua barang yang telah ditawarkan kepadanya untuk dibeli. 6) khiyar washfi Merupakan hak yang dimiliki pembeli untuk meneruskan atau membatalkan jual beli jika barang yang dilihatnya tidak sesuai dengan kesepakatan. 7) khiyar ghubni Merupakan hak yang dimiliki pembeli untuk meneruskan atau membatalkan jual beli jika ternyata penjual menjual barang dengan harga yang lebih mahal dari ketentuan pasar. 58 Adanya hak khiyar ini bertujuan agar jual beli tidak merugikan salah satu pihak baik pihak penjual maupun pihak pembeli serta unsur kerelaan benar-benar tercipta dalam transaksi jual beli. D. Macam-Macam Jual Beli Jumhur ulama membagi jual beli menjadi dua macam, yaitu jual beli yang dikategorikan sah dan jual beli yang dikategorikan tidak sah. Jual beli dikatakan sah apabila jual beli memenuhi ketentuan syara, baik rukun maupun syaratnya. Sedangkan jual beli dikatakan tidak sah apabila jual beli tidak memenuhi salah satu syarat dan rukan jual beli sehingga jual beli menjadi rusak (fasid) atau batal. 59 Mazhab Hanafi membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga bentuk yaitu: 58 Wahbah az-zuhaili, Fiqh Islam, hlm Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm

18 36 1. Jual beli yang shahih Apabila jual beli itu disyari atkan, memenuhi rukun atau syarat yang ditentukan, barang itu bukan milik orang lain, dan tidak terikat dengan khiyar lagi, maka jual beli itu shahih dan mengikat kedua belah pihak dan seluruh rukun serta syaratnya telah terpenuhi. 2. Jual beli yang batil Apabila pada jual beli itu salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak disyari atkan, maka jual beli itu batil Jual beli yang fasid Jual beli yang fasid adalah jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya. 61 Jual beli pada dasarnya boleh dan halal hukumnya, namun ada beberapa hal yang menjadikan jual beli itu terlarang karena beberapa sebab seperti jual beli yang mengandung unsur penipuan dan spekulasi sehingga dapat menimbulkan konflik perselisihan diantara pihak yang berjual beli. Unsur ketidakjelasan dalam jual beli sering dikaitkan dengan gharar. Hal yang bersifat spekulasi atau samar-samar ini cenderung dapat merugikan salah satu pihak baik itu penjual maupun pembeli. 60 M. Ali Hasan, Berbagai Macam, hlm Ghufron A.Mas adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2002, hlm. 131.

19 37 Para ulama sepakat bahwa jual beli yang mengandung gharar adalah jual beli yang tidak sah, seperti jual beli air susu yang masih ada di tetek, bulu domba yang masih di punggung domba, permata yang masih ada di dalam kerang laut, janin yang masih didalam kandungan, ikan di air, dan burung di udara sebelum ditangkap. 62 Karena dengan jual beli seperti itu tidak jelas barangnya sehingga dapat memicu konflik dan sudah jelas akan kerugiannya karena barang yang dibeli menjadi tidak memiliki sisi kejelasan dari segi jumlahnya, waktu penyerahannya, dan juga kualitasnya. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai jual beli yang dilarang adalah sebagai berikut: a. Bai al-ma dum Merupakan bentuk jual beli atas objek transaksi yang tidak ada ketika kontrak jual beli dilakukan. Jual beli seperti ini disepakati oleh mayoritas lama bahwa objek akad tidak bisa ditentukan secara sempurna karena kadarnya tidak teridentifikasi dengan jelas serta kemungkinan objek itu tidak bisa diserahterimakan. 63 Hal ini menjadi tidak diperbolehkan karena adanya kemungkinan barang yang akan dijual tersebut menjadi rusak pada saat diserahterimakan. Karena pada saat transaksi berlangsung pembeli tidak dapat melihat keseluruhan barangnya. Sehingga barangnya menjadi 62 Wahbah Zuhaily, Fiqh,hlm Dimyauddin Djuwaini, Fiqh Muamalah,, hlm. 82.

20 38 tidak jelas mengenai jumlahnya, bentuknya, kadarnya, ukurannya, dan kualitasnya. Jual beli seperti ini cenderung mengandung gharar terkait pada sisi ketidakjelasannya. Kemudian apabila barang yang diterima oleh pembeli berbeda, jual beli ini mengarah pada adanya unsur penipuan. Jual beli seperti ini hampir sama dengan bentuk jual beli pesanan karena menjual barang yang belum nampak. Jual beli pesanan ini diperbolehkan oleh para ulama karena dalam jual beli pesanan ini ada keterangan jelas mengenai barangnya karena pihak pembeli dapat memberikan keterangan jelas mengenai barang yang akan ia beli kepada penjual. Hal ini menjadi berbeda dengan jual beli ma dum karena dalam jual beli ma dum, penjual menjualkan barangnya tetapi pada saat transaksi dilakukan barang tersebut tidak ada dan tidak bisa memberikan spesifikasi terhadap barang tersebut. Dalam jual beli pesanan sering disebut dengan jual beli salam. Menurut kebiasaan para pedagang, jual beli ini diterapkan pada jual beli yang tidak tunai. Artinya ada perjanjian yang penyerahan barangbarangnya ditangguhkan hingga masa tertentu. 64 Adapun definisi lain dari jual beli salam yaitu jual beli suatu barang yang tidak dapat dilihat ketika akad, boleh dilakukan dengan syarat bahwa sifat-sifat barang hlm Sohari Sahrani dan Ruf ah Abdullah, Fikih Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011,

21 39 tersebut dijelaskan, sehingga pembeli merasa yakin dengan sifat-sifat barang yang dijelaskan tersebut. Namun jika barang tersebut ternyata berbeda dengan sifat-sifat yang disebutkan, maka si pembeli berhak untuk melakukan khiyar. 65 Dalam akad salam, syarat dan rukunnya sama dengan jual beli pada umumnya. Namun dalam akad salam ada syarat yang ditambahkan karena barang yang diinginkan oleh pembeli tidak ada pada saat transaksi, artinya pembeli memberikan spesifikasi barang kepada penjual mengenai ukuran, kadarnya, bentuknya, jumlahnya dan lainnya. Kemudian adanya perjanjian penyerahan barang tersebut pada waktu yang telah ditentukan. Pembayarannya barang dapat dilakukan setelah barang tersebut ada, namun seringkali bentuk jual beli pesanan ini pembayarannya dilakukan dengan sistim panjar atau uang muka. Hal ini dimaksudkan untuk menganti setengah dari biaya produksi untuk barang yang dipesan itu. b. Bai al-dain (Jual beli hutang) Hutang adalah sesuatu yang menjadi kewajiban untuk diserahterimakan atau dikembalikan kepada orang yang berhak menerimanya seperti halnya uang sebagai harga beli dalam jual beli, sewa-menyewa, upah pekerja, pinjaman dari orang lain, dan lainnya. Jual beli ini biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki beban hutang 65 Qomarul Huda, Fiqh, hlm. 63.

22 40 baik secara kontan atau tempo, sehingga transaksi ini identik dengan riba. c. Bai al-gharar Definisi gharar menurut bahasa berarti tipuan, bahaya. Sedangkan menurut istilah dalam fiqh, gharar mencakup pada kecurangan, tipuan, ketidakjelasan pada barang, dan ketidakmampuan untuk menyerahkan barang. Menurut Imam Isnawi dari mazhab Syafi i mengatakan bahwa gharar adalah jual beli yang mengandung dua kemungkinan dan kemungkinan besarnya adalah adanya ketidakjelasan di dalamnya. 66 Dalam hadits dari Abu Hurairah : ع ن أ ب ي ه ر ي ر ة ق ال ن ه ى ر س ى ل اهلل ص ل ى اهلل ع ل ي ه و س ل م ع ن ب ي ع ال غ ر ر و ع ن ب ي ع ال ح ص اة )رواه اث يجبه( Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang jual beli gharar dan jual beli menggunakan krikil. (HR Ibnu Majah) 67 Dari hadits tersebut jelas sekali bahwa jual beli gharar itu dilarang, begitu juga dengan jual beli menggunakan kerikil. Hal tersebut didasarkan pada kebiasaan yang dilakukan orang-orang Jahiliah yang melakukan jual beli barang dengan cara melempar batu. Dahulu orang jahiliah menjual tanah yang tidak jelas luasnya lalu mereka melakukannya dengan melemparkan batu kecil. Dengan patokan pada 66 Wahbah az-zuhaili, Fiqh Islam, hlm Hafidz Abi Abdullah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah Jilid 2, Darul Fikri, H, hlm. 739.

23 41 lemparan batu yang jatuh maka itulah tanah yang dijual. Selain itu orang-orang jahiliah juga melakukan jual beli daging ternak yang masih didalam kandungan seperti halnya anak unta yang dijual ketika masih didalam kandungan induknya. Gharar terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Al-Gharar al-yasir, yaitu ketidaktahuan yang sedikit yang tidak menyebabkan perselisihan di antara kedua belah pihak dan keberadaannya dimaafkan, karena tidak merusak akad. Para ulama sepakat memperbolehkan karena alasan kebutuhan (hajat). 2. Al-Gharar al-fahisyah, yaitu ketidaktahuan yang banyak sehingga menyebabkan perselisihan di antara kedua belah pihak dan keberadaannya tidak dimaafkan dalam akad, karena menyebabkan akad menjadi batal. Sedangkan diantara syarat sahnya akad itu ialah objek akad (ma qud alaih) harus diketahui agar terhindar dari perselisihan di kemudian hari. 3. Al-Gharar al-mutawassith, yaitu gharar yang keberadaannya diperselisihkan para ulama, apakah masuk ke dalam al-gharar al-yasir atau al-gharar al-fahisyah, atau keberadaannya berada di bawah algharar al-fahisyah dan berada di atas al-gharar al-yasir. Jika meningkat gharar-nya yang asalnya sedikit, maka dimasukkan kepada al-gharar

24 42 al-fahisyah, sedangkan jika turun gharar-nya yang asalnya banyak, maka dimasukkan kepada al-gharar al-yasir. 68 Dengan demikian ketidakjelasan (gharar) memiliki kategori masing-masing yang membawa hukum tersendiri. Meskipun pada dasarnya jual beli yang mengandung gharar itu tidak diperbolehkan, jika dalam jual beli tersebut memiliki kriteria tertentu pada sisi ketidakjelasannya maka ada kemungkinan bahwa gharar itu menjadi diperbolehkan. Yusuf Qardhawi memberikan penjelasannya dalam praktek jual beli rumah, dimana seorang calon pembeli rumah tersebut tidak mungkin mengetahui jumlah bahan bangunan yang digunakan untuk membuat pondasi dan tembok rumah tersebut. Karena bahan bangunan tidak terlepas dari pondasi sebuah bangunan/rumah. Kemudian jual beli mengandung gharar yang tidak seberapa, misalnya jual beli kacang yang terbungkus kulitnya. Kesamaran yang dilarang adalah kesamaran yang mengandung kejahatan yang mungkin bisa membawa kepada permusuhan, pertentangan, dan makan harta milik orang lain dengan cara yang bathil. 69 Jual beli menjadi dilarang karena mengandung unsur penipuan dan ketidakjelasan yang besar akan apa yang diakadkan. Dari 68 Enang Hidayat, Fiqh Jual Beli, Bandung: Rosda, 2015, hlm Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, Bandung: Jabal, 2007, hlm. 269.

25 43 ketidakjelasan tersebut dapat memicu konflik diantara kedua belah pihak karena lebih tertuju pada sistim untung untungan sama seperti perjudian. E. Hikmah Jual Beli Allah swt mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan kepada hamba-hamba-nya, karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan seperti ini tak pernah putus selama manusia masih hidup. Tak seorang pun dapat memenuhi hajat hidupnya sendiri, karena itu manusia dituntut berhubungan satu sama lainnya. Dalam hubungan ini, tak ada satu hal pun yang lebih sempurna daripada saling tukar, dimana seseorang memberikan apa yang ia miliki untuk kemudian ia memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai dengan kebutuhannya masingmasing. 70 Jual beli yang dilakukan secara jujur dapat membantu masyarakat lebih menghargai hak milik orang lain sehingga dapat menjauhkan diri dari memakan barang yang haram atau batil. Selain itu, dijelaskan pula mengenai kejelasan barang yang menjadi objek jual beli, hal ini bertujuan agar tidak ada konflik yang timbul setelah jual beli itu berlangsung. Misalkan saja penjual tidak memberikan spesifikasi barang yang ia jual 70 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh, hlm

26 44 dengan jelas kepada pembeli, kemudian pembeli mengetahui akan cacat pada barang tersebut. Hal tersebut sangat mungkin memicu konflik pada kedua belah pihak. Dengan jual beli yang dilakukan besar kemungkinan keuntungan yang dicapai akan membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga dapat membantu memenuhi hajat masyarakat akan keperluan-keperluan yang tidak mampu diproduksinya sendiri dan dapat dipenuhi melalui orang lain. Secara tidak langsung dalam masyarakat itu terdapat gotong-royong yang seolah-olah dipaksa oleh keadaan. Jual beli juga membawa sisi spiritual tersendiri karena Allah swt telah mensyariatkan adanya jual beli, jika muslim itu melakukan jual beli selain sebagai bentuk ibadah juga sebagai jalan untuk seorang muslim bersedekah dengan sesamanya. Dengan demikian jual beli dapat membantu pergerakan perekonomian masyarakat sehingga tercipta sikap saling bantu-membantu satu sama lain. Dalam melakukan transaksinya juga harus memperhatikan kesesuaian pada ketentuan jual beli agar transakaksi jual belinya menjadi shahih. Hal tersebut bertujuan kemaslahatan umat tanpa menimbulkan konflik dalam masyarakat. Usaha yang baik dan benar pasti akan mendatangkan keberuntungan, kebahagiaan serta ridha Allah swt.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi Bisnis database pin konveksi adalah sebuah bisnis dimana objek yang diperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan 66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK JUAL BELI TELUR LELE DI DESA LEBO KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG. A. Analisis Terhadap Praktik Jual Beli Telur Lele

BAB IV ANALISIS PRAKTEK JUAL BELI TELUR LELE DI DESA LEBO KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG. A. Analisis Terhadap Praktik Jual Beli Telur Lele BAB IV ANALISIS PRAKTEK JUAL BELI TELUR LELE DI DESA LEBO KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG A. Analisis Terhadap Praktik Jual Beli Telur Lele Budidaya ikan lele merupakan usaha yang menguntungkan, karena

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU A. Analisis Terdahap Praktik Pengembalian Sisa Pembayaran Di Kober Mie Setan Semolowaru Dalam transaksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU A. Analisis Terhadap Praktik Penukaran Uang Dengan Jumlah Yang Tidak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia Dalam praktek kekinian akan banyak dijumpai muamalah yang terkait

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang

Lebih terperinci

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN UANG MUKA DALAM PRODUK CICIL EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI GRESIK A. Analisa Pembayaran Uang Muka dalam Produk Cicil Emas di Bank Syariah Mandiri Gresik Produk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI 63 BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI A. Analisis Mekanisme Pengupahan Pemolong Cabe Di Desa Bengkak Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA Bab ini merupakan puncak pembahasan dari penulis. Penulis akan menganalisis tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA A. Analisis Pelaksanaan Transaksi Jual Beli Tanah Milik Anak yang Dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURAbah}ah Yang Direalisasi Sebelum Barang Yang Dijual

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA A. Analisis terhadap Praktek Pengambilan Keuntungan pada Penjualan Onderdil di Bengkel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA A. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas lebih mendalam tentang jual beli, terlebih dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Analisis Praktik Utang Piutang Hewan Ternak Di Desa Ragang Dari data mengenai proses dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA A. Analisis Aplikasi Right Issue di Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK A. Pelaksanaan Pemberian Hadiah/ Uang yang Diberikan oleh Calon anggota DPRD

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA A. Tinjauan Terhadap Praktik Perpanjangan Sewa-Menyewa Mobil Secara Sepihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL A. Analisis hukum islam terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG A. Analisis Faktor Pendorong Jual Beli Cegatan di Desa Gunungpati Kecamatan Gunungpati

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktek Sistem Jual Beli Ikan Dengan Perantara

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN JUAL BELI

BAB II KETENTUAN JUAL BELI BAB II KETENTUAN JUAL BELI A. Pengertian Jual Beli Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat, karena dalam setiap pemenuhan kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpaling untuk meninggalkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual Beli

Lebih terperinci

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI MINDRINGAN DI DESA BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP Dalam kehidupan masyarakat, jual beli yang sering digunakan adalah jual beli yang sifatnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN A. Hal-hal yang Berkaitan dengan Praktek Tambahan Harga dari Harga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN Hutang piutang antara petani tambak dengan tengkulak yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri Pertukaran merupakan bagian aktifitas terpenting dalam masyarakat dan merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Perubahan Harga Jual Beli Sapi Secara Sepihak Di Desa

Lebih terperinci

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL AKAD MURA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Analisis terhadap Praktik Utang Piutang dalam Bentuk Uang dan Pupuk di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Praktik Patokan Harga Beras dalam Arisan Darmin di Desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI BAB IV ANALISIS SADD AL-DHAR@I AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI A. Analisis Praktek Terhadap Jual Beli Kredit Baju Pada Pedagang Perorangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Praktek Sistem Ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI A. Pengertian Jual Beli Secara bahasa, kata bai berarti pertukaran secara mutlak. Masing-masing dari kata bai dan syira digunakan untuk mennjuk sesuatu yang ditunjuk

Lebih terperinci

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia semenjak dari mereka berada di muka bumi ini merasa perlu akan bantuan orang lain dan tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi maksud-maksudnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA A. Kedudukan Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam garis besarnya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL 1. Analisis Praktek Jual Beli Hasil Bumi Dengan Sistem Panjar Di Desa Jenarsari Gemuh Kendal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi Kepada

Lebih terperinci

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH A. Pengertian Murabahah 1. Secara Bahasa Secara bahasa murabahah mempunyai pengertian saling menguntungkan dapat dipahami bahwa keuntungan itu dimiliki oleh kedua pihak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB IV. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukarmenukar. dapat menengahi terhadap persoalan tersebut.

BAB IV. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukarmenukar. dapat menengahi terhadap persoalan tersebut. BAB IV ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARI AH TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI POHON DENGAN SISTEM IJOHAN ( STUDI KASUS DI DESA KEMIRI TIMUR KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG) Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Motor Melalui Pihak Ke-Tiga Di UD. Rabbani Motor Surabaya Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli merupakan salah satu aktivitas bisnis yang sudah berlangsung cukup lama dalam masyarakat. Namun demikian, tidak ada catatan yang pasti kapan awal mulanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA A. Analisis pelaksanaan jual beli tanpa kesepakatan harga Jual beli seperti yang telah diulas dalam bab sebelumnya yakni jual beli

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM 50 BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM A. Analisis Utang-Piutang di Acara Remuh Berdasarkan data mengenai proses dan mekanisme

Lebih terperinci

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SEWA JASA PENYIARAN TELEVISI DENGAN TV KABEL DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN BRONDONG A. Tinjauan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli Menurut bahasa, jual beli (البیع) secara bahasa merupakan masdar dari kata بعت diucapkan باء-یبیع bermakna memiliki dan membeli. Kata aslinya keluar dari kata

Lebih terperinci

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA WEBSITE UNTUK PENGHIMPUNAN DONASI ONLINE DI KITABISA A. Analisis Status Hukum Sewa Website Kitabisa Dalam praktek kekinian akan banyak dijumpai muamalah yang terkait

Lebih terperinci

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul. RINGKASAN Manusia sebagai hamba Allah yang statusnya makhluk sosial, dalam rangka melaksanakan kewajiban untuk memenuhi haknya diperlukan adanya suatu tatanan hukum yang mampu mengatur dan mengayomi hubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Mesin Rusak Dengan Sistem Borongan Penulis telah menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK A. Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi

Lebih terperinci

al-ba>i dalam terminologi fiqh kadang digunakan untuk pengertian

al-ba>i dalam terminologi fiqh kadang digunakan untuk pengertian BAB II KONSEP JUAL BELI DAN KHIYA>R A. Jual Beli Dalam Islam 1. Pengertian Jual Beli Secara terminologi fiqh jual beli disebut dengan al-ba>i yang berarti menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Rasulullah saw. yang bersifat rah}matan lil a>lami>n dan berlaku sepanjang zaman. Rasulullah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah 1. Pengertian Akad Akad berasal dari bahasa Arab al-aqdu dalam bentuk jamak disebut al-uquud yang berarti ikatan atau simpul tali.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pesanan Makanan Dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani, BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN. A. Praktik Transaksi Jual Beli alat terapi di pasar Babat Dalam analisis Penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA DI COUNTER KAAFI CELL DAN ANUGRAH CELL SIDOARJO A. Analisis Praktek Jual Beli Handphone Servis yang

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA A. Analisis Pembulatan Harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA 57 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Transaksi Pada PT. TIKI Jalur Nugraha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA A. Analisis Transaksi Jual Beli BBM Dengan Nota Print Berbeda di SPBU Pertamina Surabaya Utara Jual beli

Lebih terperinci

GAME RISING FORCE ONLINE

GAME RISING FORCE ONLINE BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI MENGGUNAKAN SISTEM REAL MONEY TRADING DI GAME RISING FORCE ONLINE A. Analisis Terhadap Praktek Jual-Beli Dengan Menggunakan Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM KWINTALAN DALAM AKAD UTANG PIUTANG PADA MASYARAKAT PETANI DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG A. Praktek Ganti Rugi Dalam Jual Beli Anak Burung Di Pasar Burung Empunala Mojokerto Jual beli yang terjadi di Pasar Burung Empunala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng Surabaya Wadi< ah adalah suatu akad antara dua orang (pihak)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG ARISAN BERSYARAT DI PERUMAHAN GATOEL MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG ARISAN BERSYARAT DI PERUMAHAN GATOEL MOJOKERTO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG ARISAN BERSYARAT DI PERUMAHAN GATOEL MOJOKERTO A. Analisis Terhadap Praktek Arisan Bersyarat Secara umum sifat utama dalam melaksanakan kegiatan arisan adalah adil dan

Lebih terperinci

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah 61 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG JUAL BELI MAHAR BENDA PUSAKA DI MAJELIS TA LIM AL-HIDAYAH DESA TANJUNGREJO KEC. BAYAN KAB. PURWOREJO A. Analisis Praktek Jual Beli

Lebih terperinci

BAB IV. pemilik sapi kemudian pelunasan akan dibayar ketika jangka waktu yang

BAB IV. pemilik sapi kemudian pelunasan akan dibayar ketika jangka waktu yang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAPI DENGAN SISTEM PEMBAYARAN BERJANGKA DI DESA TAKERHARJO KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN Berdasarkan praktik jual beli sapi di Desa Takerharjo

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO 50 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO Dalam menjalankan muamalah, manusia tidak terikat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dalam

Lebih terperinci

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TANAH SEWA OLEH PEMILIKNYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERTANAHAN PADA BIMBINGAN BELAJAR SMART SOLUTION SURABAYA A. Analisis Pemanfaatan Tanah Sewa Oleh Pemiliknya di Bimbingan

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M Kaidah Fiqh ان ح ظ س ان ع ب اد اث ف األ ص م ان إ ب اح ت انع اد اث ف ان أ ص م و PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: Pada Dasarnya Ibadah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO A. Analisis Terhadap Sudut Kepemilikan Dari Obyek Sewa Tanah Fasum di Desa

Lebih terperinci

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HAK KHIYA>R KONSUMEN TERHADAP SISTEM RETUR DALAM JUAL BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Hak Khiya>r Konsumen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA 65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURAbah}ah,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Hutang Pupuk dengan Gabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian hidupnya harus bermasyarakat. Sifat dasar dan kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD MUSHA@RAKAH MUTANA@QIS}AH SEBAGAI SOLUSI AKAD PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SURABAYA Pada hakikatnya pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Islam telah mengatur mengenai jual-beli dalam Al-Quran dan hadis, dari zaman ke zaman jual-beli mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Baik dari segi teori maupun

Lebih terperinci